DPRD DKI Soroti Buah-buahan dalam Balutan Pestisida dan Lilin
Ilutrasi |
Jakarta l lingkarkonsumen.com - DPRD DKI Jakarta menyoroti kualitas produk pangan, terutama buah-buahan, yang dijual di pasar-pasar tradisional di Jakarta.
Koordinator Komisi B DPRD DKI Jakarta Ferrial Sofyan curiga dengan jaminan bagi kesehatan dari buah-buahan yang dijual di pasar-pasar tradisional setelah disimpan lama di dalam kios.
"Apel, anggur, digeletakkan begitu saja berminggu-minggu kok bisa aman, berarti, kan, ada (sesuatu) yang disuntikan," kata Ferrial di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (29/10/2018).
Disemprot pestisida dan dilapisi lilin
Kepala Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan (KPKP) DKI Jakarta Darjamuni mengakui, ada buah-buahan yang terpapar zat-zat tertentu. Hasil pemeriksaan sampel buah yang dijual di pasar menunjukkan, ada buah-buahan yang disemprot pestisida dan dilapisi lilin.
"Di anggur atau jeruk, pestisida masih kami temukan. Pestisida supaya enggak diserang ulat dan lain-lain. Kami pantau terus, makanya saya belum berani mengatakan 100 persen (aman)," ujar Darjamuni.
Menurut Darjamuni, lapisan lilin banyak ditemukan pada buah-buahan impor. Lapisan lilin itu digunakan untuk memperpanjang umur simpan buah.
Darjamuni menyebutkan, praktik pelapisan dengan lilin itu sebagai hal yang dilarang.
"Setiap importir, sebelum mendistribusikan (buah-buahan), kami cek dulu. Memang enggak bisa dimungkiri, lilin segala macam di bawah impor itu masih banyak banget. Namanya bahan terlarang, kalau kita konsumsi tiap hari ya enggak boleh," kata dia.
Konsumsi buah lokal
Koordinator Komisi B DPRD DKI Jakarta Ferrial Sofyan curiga dengan jaminan bagi kesehatan dari buah-buahan yang dijual di pasar-pasar tradisional setelah disimpan lama di dalam kios.
"Apel, anggur, digeletakkan begitu saja berminggu-minggu kok bisa aman, berarti, kan, ada (sesuatu) yang disuntikan," kata Ferrial di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (29/10/2018).
Disemprot pestisida dan dilapisi lilin
Kepala Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan (KPKP) DKI Jakarta Darjamuni mengakui, ada buah-buahan yang terpapar zat-zat tertentu. Hasil pemeriksaan sampel buah yang dijual di pasar menunjukkan, ada buah-buahan yang disemprot pestisida dan dilapisi lilin.
"Di anggur atau jeruk, pestisida masih kami temukan. Pestisida supaya enggak diserang ulat dan lain-lain. Kami pantau terus, makanya saya belum berani mengatakan 100 persen (aman)," ujar Darjamuni.
Menurut Darjamuni, lapisan lilin banyak ditemukan pada buah-buahan impor. Lapisan lilin itu digunakan untuk memperpanjang umur simpan buah.
Darjamuni menyebutkan, praktik pelapisan dengan lilin itu sebagai hal yang dilarang.
"Setiap importir, sebelum mendistribusikan (buah-buahan), kami cek dulu. Memang enggak bisa dimungkiri, lilin segala macam di bawah impor itu masih banyak banget. Namanya bahan terlarang, kalau kita konsumsi tiap hari ya enggak boleh," kata dia.
Konsumsi buah lokal
Darjamuni mengakui, pihaknya belum bisa mengawasi semua distribusi buah-buahan di pasar-pasar di Jakarta. Sebab, Dinas KPKP DKI selama ini hanya memeriksa sampel buah-buahan tersebut sehingga belum semua buah bisa dipastikan keamanannya.
Ia mengimbau warga Jakarta untuk mengonsumsi buah-buahan lokal mengingat banyak buah-buahan impor yang dilapisi lilin.
"Imbauan saya, tingkatkan makan buah lokal saja. Enggak kalah kok vitaminnya," ujar dia.
Ia mengimbau warga Jakarta untuk mengonsumsi buah-buahan lokal mengingat banyak buah-buahan impor yang dilapisi lilin.
"Imbauan saya, tingkatkan makan buah lokal saja. Enggak kalah kok vitaminnya," ujar dia.
Ferrial meminta Dinas KPKP DKI Jakarta memperketat pengawasan produk pangan yang dijual di 153 pasar tradisional di Jakarta. Salah satunya dengan merekrut penyedia jasa lainnya perorangan (PJLP) untuk menambah petugas pengawas.
Menurut Ferrial, Pemprov DKI memiliki anggaran cukup untuk menambah petugas tersebut.
"Kita duit ada, kalau hanya perlu cek, itu dikasih (gaji) Rp 3 juta sekian mau dia, semacam PPSU. Intinya, orang Jakarta aman belanja di 153 pasar," ujar wakil ketua DPRD DKI Jakarta tersebut.
Darjamuni mengatakan akan menganalisis kebutuhan untuk memperketat pengawasan produk-produk pangan yang dijual di pasar-pasar di Jakarta. Dia menyebut pengawasan itu tidak bisa hanya dilakukan dengan merekrut PJLP.
"Kita perlu rekrut misalnya PJLP, enggak bisa, karena dia harus punya keterampilan khusus, analis laboratoriumnya," kata dia.
Selain itu, pengawasan produk pangan harus mempertimbangkan uji laboratorium yang dimiliki Dinas KPKP DKI. Dinas KPKP saat ini baru memiliki tiga laboratorium yang terakreditasi, yakni lab untuk memeriksa produk peternakan di Bambu Apus, Jakarta Timur; lab untuk memeriksa produk pertanian di Cibubur, Jakarta Timur; dan lab untuk memeriksa produk perikanan di Pluit, Jakarta Utara.
Menurut Ferrial, Pemprov DKI memiliki anggaran cukup untuk menambah petugas tersebut.
"Kita duit ada, kalau hanya perlu cek, itu dikasih (gaji) Rp 3 juta sekian mau dia, semacam PPSU. Intinya, orang Jakarta aman belanja di 153 pasar," ujar wakil ketua DPRD DKI Jakarta tersebut.
Darjamuni mengatakan akan menganalisis kebutuhan untuk memperketat pengawasan produk-produk pangan yang dijual di pasar-pasar di Jakarta. Dia menyebut pengawasan itu tidak bisa hanya dilakukan dengan merekrut PJLP.
"Kita perlu rekrut misalnya PJLP, enggak bisa, karena dia harus punya keterampilan khusus, analis laboratoriumnya," kata dia.
Selain itu, pengawasan produk pangan harus mempertimbangkan uji laboratorium yang dimiliki Dinas KPKP DKI. Dinas KPKP saat ini baru memiliki tiga laboratorium yang terakreditasi, yakni lab untuk memeriksa produk peternakan di Bambu Apus, Jakarta Timur; lab untuk memeriksa produk pertanian di Cibubur, Jakarta Timur; dan lab untuk memeriksa produk perikanan di Pluit, Jakarta Utara.
By : Juned
Sumber : Kompas.com