Ternyata Karier di Polri Itu Rumit, Begini Curahan Hati Kapolri
Jakarta l lingkarkonsumen.com - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan curahan hati (curhat) soal dilema dalam mengatur organisasi Polri. Terutama terkait pembinaan karier terkait posisi komisaris besar (kombes) ke atas.
Masalahnya adalah stok Kombes yang melimpah sementara posisi bintang 1 atau Brigjen yang terbatas. Akibatnya terjadi bottle neck. Banyak Kombes yang kariernya macet dan mandek.
Hal ini dikatakan Tito dalam upacara korps rapor kenaikan pangkat dari AKBP ke Kombes yang digelar di Rupatama Mabes Polri. Kenaikan pangkat ini juga digelar bersamaan di beberapa Polda di daerah.
“Saya ingin bicara sedikit pada rekan-rekan terkait organisasi kita terutama pangkat Kombes ke atas. Sebelum tahun 1984, relatif rekrutmen polisi itu tidak terlalu besar. Angkatan (Akpol) 82 cuma 46 orang sedangkan angkatan 87 sudah 177 orang,” kata Tito.
Jumlah ini terus membesar. Angkatan Akpol 88 A hampir 202 orang dan 88 B juga 200 orang lebih. Lalu Akpol angkatan 89 ke atas mulai di atas seratusan. Efeknya terjadi bottleneck di pangkat Kombes.
“Untuk jadi Kombes mau tidak mau kita harus mengerem sehingga tidak terjadi ledakan jumlah (stok Kombes). Total Kombes sekarang saja ada 1300-an, yang Sespimti ada 400 sampai 500 an orang,” lanjutnya.
Seorang Kombes yang sudah Sespimti artinya layak untuk untuk jabatan Brigjen. "Masalahnya, Brigjen atau bintang 1 itu kalau pensiun dalam sebulan itu tak lebih dari 4-5 orang. Kombes sekarang ada dari angkatan 84-97.”
Para Kombes senior tentu ingin naik bintang, meski ada juga yang pensiun. Sedangkan Kombes junior spiritnya lagi tinggi-tingginya. Kondisi inilah yang membuat Tito pusing untuk mengaturnya.
“Jadi saya dan Pak Wakapolri ini dalam posisi dilematis. Kami pilih yang senior untuk menghargai senior, naik pangkat, tetapi belum tentu performanya bagus. Nah ini, dari segi kemanusiaan mungkin pengen liatnya (yang jadi Brigjen) senior. Namun untuk performa tentu kita mencari yang terbaik untuk kepentingan organisasi,” tegasnya.
Inilah tantangan yang dihadapi sehingga untuk mengerem ledakan Kombes, Tito mengambil kebijakan dengan memperpanjang masa dinas Kompol ke AKBP dan AKBP ke Kombes. Jadi yang sudah jadi Kombes saat ini sudah beruntung karena nanti akan direm lagi.
Saat ini ada 400 orang kombes yang kualifikasi bagus namun sekarang masalahnya mereka tidak ada jabatannya. Mau tidak mau maka Polri mengembangkan organisasi.
Misalnya dari Polda yang semula tipe B atau dipimpin Brigjen menjadi tipe A atau dipimpin Irjen. Dalam waktu dekat Polda DIY, Banten, dan Bengkulu dinaikkan statusnya. Ketiganya akan dipimpin Kapolda bintang dua. Artinya nanti akan ada job Wakapolda bintang 1 di bawahnya.
Lalu untuk di luar struktur, Polri menempatkan para Brigjen ke BNN sebagai kepala BNNP, lalu di Polhukam, OJK, Bakamla, hingga Dirjen Hubungan Darat. Ini semua untuk mengakomodasi ledakan jumlah Kombes.
“Kalau sudah Kombes mau bintang 1, (mereka bilang) sudah diletakkan di mana aja, bebas. Namun kalau mau minta jadi Kapolda atau Wakapolda, pusinglah saya sama Pak Wakapolda. Mohon maaf saya jadi ingin curhat ke rekan semua agar paham,” urainya.
Masalahnya adalah stok Kombes yang melimpah sementara posisi bintang 1 atau Brigjen yang terbatas. Akibatnya terjadi bottle neck. Banyak Kombes yang kariernya macet dan mandek.
Hal ini dikatakan Tito dalam upacara korps rapor kenaikan pangkat dari AKBP ke Kombes yang digelar di Rupatama Mabes Polri. Kenaikan pangkat ini juga digelar bersamaan di beberapa Polda di daerah.
“Saya ingin bicara sedikit pada rekan-rekan terkait organisasi kita terutama pangkat Kombes ke atas. Sebelum tahun 1984, relatif rekrutmen polisi itu tidak terlalu besar. Angkatan (Akpol) 82 cuma 46 orang sedangkan angkatan 87 sudah 177 orang,” kata Tito.
Jumlah ini terus membesar. Angkatan Akpol 88 A hampir 202 orang dan 88 B juga 200 orang lebih. Lalu Akpol angkatan 89 ke atas mulai di atas seratusan. Efeknya terjadi bottleneck di pangkat Kombes.
“Untuk jadi Kombes mau tidak mau kita harus mengerem sehingga tidak terjadi ledakan jumlah (stok Kombes). Total Kombes sekarang saja ada 1300-an, yang Sespimti ada 400 sampai 500 an orang,” lanjutnya.
Seorang Kombes yang sudah Sespimti artinya layak untuk untuk jabatan Brigjen. "Masalahnya, Brigjen atau bintang 1 itu kalau pensiun dalam sebulan itu tak lebih dari 4-5 orang. Kombes sekarang ada dari angkatan 84-97.”
Para Kombes senior tentu ingin naik bintang, meski ada juga yang pensiun. Sedangkan Kombes junior spiritnya lagi tinggi-tingginya. Kondisi inilah yang membuat Tito pusing untuk mengaturnya.
“Jadi saya dan Pak Wakapolri ini dalam posisi dilematis. Kami pilih yang senior untuk menghargai senior, naik pangkat, tetapi belum tentu performanya bagus. Nah ini, dari segi kemanusiaan mungkin pengen liatnya (yang jadi Brigjen) senior. Namun untuk performa tentu kita mencari yang terbaik untuk kepentingan organisasi,” tegasnya.
Inilah tantangan yang dihadapi sehingga untuk mengerem ledakan Kombes, Tito mengambil kebijakan dengan memperpanjang masa dinas Kompol ke AKBP dan AKBP ke Kombes. Jadi yang sudah jadi Kombes saat ini sudah beruntung karena nanti akan direm lagi.
Saat ini ada 400 orang kombes yang kualifikasi bagus namun sekarang masalahnya mereka tidak ada jabatannya. Mau tidak mau maka Polri mengembangkan organisasi.
Misalnya dari Polda yang semula tipe B atau dipimpin Brigjen menjadi tipe A atau dipimpin Irjen. Dalam waktu dekat Polda DIY, Banten, dan Bengkulu dinaikkan statusnya. Ketiganya akan dipimpin Kapolda bintang dua. Artinya nanti akan ada job Wakapolda bintang 1 di bawahnya.
Lalu untuk di luar struktur, Polri menempatkan para Brigjen ke BNN sebagai kepala BNNP, lalu di Polhukam, OJK, Bakamla, hingga Dirjen Hubungan Darat. Ini semua untuk mengakomodasi ledakan jumlah Kombes.
“Kalau sudah Kombes mau bintang 1, (mereka bilang) sudah diletakkan di mana aja, bebas. Namun kalau mau minta jadi Kapolda atau Wakapolda, pusinglah saya sama Pak Wakapolda. Mohon maaf saya jadi ingin curhat ke rekan semua agar paham,” urainya.
By : Djunaedy
Sumber : BeritaSatu.com