YLKI: Konsumen Tolak Batas Atas dan Bawah Transportasi Online
Jakarta l lingkarkonsumen.com - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia telah melakukan survei secara online terhadap pengguna jasa transportasi berbasis aplikasi pada 5-16 April 2017. Salah satu hasilnya adalah mayoritas responden (62,8 persen) tidak setuju dengan wacana implementasi tarif batas atas dan batas bawah angkutan online dan hanya 37,2 persen yang setuju.
Sebagian besar responden (63 persen) juga tidak setuju dengan kebijakan pemerintah yang mengatur transportasi dalam jaringan (daring) dan hanya 37 persen responden yang setuju.
Selain itu, ada empat alasan konsumen memilih atau menggunakan angkutan online, yakni murah (84,1 persen), cepat (81,9 persen), nyaman (78,8 persen), serta aman (61,4 persen). Namun, sebanyak 41 responden mengaku pernah dikecewakan transportasi online.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (12/5), menyatakan survei tersebut diikuti 4.668 responden, terdiri dari 55 persen laki-laki dan 45 persen perempuan.
Moda transportasi yang dipilih konsumen, yakni 55 persen menggunakan transportasi dalam jaringan (daring) jenis mobil dan motor, sedangkan yang menggunakan "motor saja" sebanyak 21 persen dan menggunakan "mobil saja" sebanyak 24 persen.
"Gojek menduduki rating tertinggi dipilih konsumen dengan 72,6 persen, kemudian Grab 66,9 persen, Uber digunakan oleh 51 persen persen dan My BlueBird sebanyak 4,4 persen," katanya.
Dia menambahkan jika dilihat frekuensi penggunaannya, paling banyak menggunakan transportasi daring adalah dua hingga tiga kali dalam seminggu (31,6 persen), satu sampai dua kali dalam sehari (27,6 persen), seminggu sekali 13,7 persen dan lebih dari tiga kali dalam sehari sebanyak 8,7 persen.
Dari sisi pelayanan, lanjut dia, secara dominan konsumen menjawab sangat baik (77,7 persen), kemudian cukup 21,8 persen, kurang baik 0,4 persen, dan menjawab sangat buruk sebanyak 0,1 persen.
Ketika ditanyakan apakah konsumen pernah dikecewakan oleh pelayanan transportasi daring, sebanyak 41 persen responden mengaku pernah dikecewakan, dan sebaliknya 59 persen responden tidak pernah dikecewakan.
Menurut Tulus bentuk keluhan dan kekecewaan responden terhadap pelayanan transportasi daring juga sangat beragam. Terdapat 13 ragam keluhan yang dialami konsumen, yakni pengemudi minta dibatalkan sebanyak 1.041 responden (22,3 persen), sulit mendapatkan pengemudi sebanyak 989 responden (21,19 persen), pengemudi membatalkan secara sepihak sebanyak 757 responden (16,22 responden), peta aplikasi rusak (error) sebanyak 612 responden (13,11 persen).
Selanjutnya, pengemudi tidak datang sebanyak 296 responden (6,34 persen), kondisi kendaraan kurang baik sebanyak 282 responden (6,04 persen), pengemudi ugal-ugalan sebanyak 221 responden (4,73 persen), kendaraan bau asap rokok sebanyak 215 responden (4,61 persen), dan pengemudi merokok saat mengemudi sebanyak 35 responden (0,75 persen).
"Hal ini menandakan tidak adanya standar pelayanan minimal yang diberikan oleh operator transportasi yang bersangkutan," kata Tulus.(brt1/ant/vic)