Bau Amis, Rasa Waswas hingga Ucapan Syukur Pasca-teror Bom di Kampung Melayu
Jakarta l lingkarkonsumen.com - Bak luka di tubuh yang perlu proses panjang untuk memulihkannya, imbas dari sebuah tragedi tak dapat hilang dalam waktu sekejap.
Seperti halnya tragedi teror bom bunuh diri yang terjadi di terminal bus Kampung Melayu, Jakarta Timur, yang terjadi Rabu (24/5/2017).
Meski telah tiga hari berlalu, aktivitas di terminal ini belum sepenuhnya pulih. Bukan tanpa alasan, bau amis yang masih menusuk hidung, trauma yang menimbulkan rasa waswas menjadi dua di antara banyak alasan enggannya masyarakat kembali beraktivitas di Kampung Melayu.
Bau amis
Banyak warga sekitar terminal Kampung Melayu mencium bau amis di sekitar lokasi ledakan. Sebagian warga, terutdama pedagang, mengeluhkan sepi pembeli pasca-tragedi berdarah tersebut.
Bau amis sempat tercium di sekitar lokasi ledakan bom bunuh diri. Bau tersebut timbul akibat potongan tubuh pelaku teror yang berceceran di sekitar lokasi dan cipratan darah para korban yang belum sepenuhnya dibersihkan.
Hari ini, petugas kebersihan dari PT Transjakarta bergerak cepat mengatasi keluhan masyarakat ini. Demi kenyamanan, pihaknya menganggarkan dana jutaan rupiah untuk memperbaiki dan membersihkan halte tersebut.
Sejumlah petugas mengepel lantai halte dengan cairan pembersih lantai yang sedap aromanya. Kaca-kaca dibersihkan agar terhindar dari percikan darah, hingga pengecatan halte yang dilakukan demi menghilangkan kesan mencekam akibat tragedi bom Kampung Melayu.
"Kami sengaja melakukan perbaikan untuk meningkatkan kenyamanan pengguna transjakarta saat kembali dioperasikan nanti," ujar juru bicara PT Transjakarta, Bowo melalui keterangan tertulis, Sabtu.
Rasa waswas
Tragedi teror bom yang dilakukan oleh dua pelaku bernama Ahmad Sukri dan Ichwan Nurul Salam menciptakan rasa waswas masyarakat yang ingin mengunjungi Kampung Melayu.
Para penyedia hingga sopir angkutan umum terminal Kampung Melayu pun mengeluhkan sepinya penumpang.
"Dulu di sini ramai, penghasilan juga lumayan. Ini betul-betul sepi. Omzet anjlok," ujar seorang petugas pengatur waktu keberangkatan metromini, Pasaribu saat ditemui di terminal Kampung Melayu, Sabtu.
Tak hanya penyedia dan sopir angkot yang merugi, para pedagang asongan pun tampaknya terkena imbas dari sepinya terminal Kampung Melayu.
"Kemarin-kemarin orang ngasong banyak, sekarang gak ada," lanjutnya.
Ucapan syukur
Di tengah berbagai macam keluhan para "penduduk" Kampung Melayu, masih ada ucapan syukur disampaikan seorang wanita paruh baya yang menjajakan daganganny di dekat lokasi ledakan.
"Apapun yang terjadi saya bersyukur sekali. Tuhan masih mengizinkan saya terhindar dari mara bahaya. Saya jualan gak sampai 6 meter dari lokasi bom," ujar seorang penjual nasi sayur, Sianipar.
Ia mengatakan, sebelum serangan bom terjadi, ia dan pedagang lainnya sudah meninggalkan terminal Kampung Melayu.
"Rumah saya di Jatibening. Saya sudah pulang waktu kejadian. Padahal deket sekali. Kalau belum pulang pasti saya kena," katanya.
Tragedi teror bom bunuh diri di Kampung Melayu memang sudah berlalu. Namun entah kapan traumanya akan benar-benar hilang.
Seperti halnya tragedi teror bom bunuh diri yang terjadi di terminal bus Kampung Melayu, Jakarta Timur, yang terjadi Rabu (24/5/2017).
Meski telah tiga hari berlalu, aktivitas di terminal ini belum sepenuhnya pulih. Bukan tanpa alasan, bau amis yang masih menusuk hidung, trauma yang menimbulkan rasa waswas menjadi dua di antara banyak alasan enggannya masyarakat kembali beraktivitas di Kampung Melayu.
Bau amis
Banyak warga sekitar terminal Kampung Melayu mencium bau amis di sekitar lokasi ledakan. Sebagian warga, terutdama pedagang, mengeluhkan sepi pembeli pasca-tragedi berdarah tersebut.
Bau amis sempat tercium di sekitar lokasi ledakan bom bunuh diri. Bau tersebut timbul akibat potongan tubuh pelaku teror yang berceceran di sekitar lokasi dan cipratan darah para korban yang belum sepenuhnya dibersihkan.
Hari ini, petugas kebersihan dari PT Transjakarta bergerak cepat mengatasi keluhan masyarakat ini. Demi kenyamanan, pihaknya menganggarkan dana jutaan rupiah untuk memperbaiki dan membersihkan halte tersebut.
Sejumlah petugas mengepel lantai halte dengan cairan pembersih lantai yang sedap aromanya. Kaca-kaca dibersihkan agar terhindar dari percikan darah, hingga pengecatan halte yang dilakukan demi menghilangkan kesan mencekam akibat tragedi bom Kampung Melayu.
"Kami sengaja melakukan perbaikan untuk meningkatkan kenyamanan pengguna transjakarta saat kembali dioperasikan nanti," ujar juru bicara PT Transjakarta, Bowo melalui keterangan tertulis, Sabtu.
Rasa waswas
Tragedi teror bom yang dilakukan oleh dua pelaku bernama Ahmad Sukri dan Ichwan Nurul Salam menciptakan rasa waswas masyarakat yang ingin mengunjungi Kampung Melayu.
Para penyedia hingga sopir angkutan umum terminal Kampung Melayu pun mengeluhkan sepinya penumpang.
"Dulu di sini ramai, penghasilan juga lumayan. Ini betul-betul sepi. Omzet anjlok," ujar seorang petugas pengatur waktu keberangkatan metromini, Pasaribu saat ditemui di terminal Kampung Melayu, Sabtu.
Tak hanya penyedia dan sopir angkot yang merugi, para pedagang asongan pun tampaknya terkena imbas dari sepinya terminal Kampung Melayu.
"Kemarin-kemarin orang ngasong banyak, sekarang gak ada," lanjutnya.
Ucapan syukur
Di tengah berbagai macam keluhan para "penduduk" Kampung Melayu, masih ada ucapan syukur disampaikan seorang wanita paruh baya yang menjajakan daganganny di dekat lokasi ledakan.
"Apapun yang terjadi saya bersyukur sekali. Tuhan masih mengizinkan saya terhindar dari mara bahaya. Saya jualan gak sampai 6 meter dari lokasi bom," ujar seorang penjual nasi sayur, Sianipar.
Ia mengatakan, sebelum serangan bom terjadi, ia dan pedagang lainnya sudah meninggalkan terminal Kampung Melayu.
"Rumah saya di Jatibening. Saya sudah pulang waktu kejadian. Padahal deket sekali. Kalau belum pulang pasti saya kena," katanya.
Tragedi teror bom bunuh diri di Kampung Melayu memang sudah berlalu. Namun entah kapan traumanya akan benar-benar hilang.
Sumber : Kompas.com